Milikilah Sifat Malu Wahai Saudariku
Headlineislam.com – Saudariku yang semoga dirahmati
oleh Allah. Seperti yang telah kita ketahui bersama,
Islam adalah agama yang sempurna dan tidaklah satu perkara kecil pun melainkan
telah diatur oleh Islam. Begitu juga dalam perkara wanita, Islam juga telah
mengaturnya. Islam sangat memperhatikannya dan menempatkan para wanita sesuai
dengan kedudukannya. Dan agama yang mulia ini juga telah mengatur begaimana
adab-adab dalam bergaul, berpakaian, dan sebagainya. Di mana segala yang
diperintahkan dan diatur oleh Allah dan Rasul-Nya pasti terdapat maslahah
(kebaikan) di balik itu semua. Dan segala yang dilarang pasti ada mafsadah
(keburukan) baik mafsadah itu murni ataupun mafsadah itu lebih besar daripada
maslahah yang diperoleh.
Sungguh sangat menyedihkan sedikit
demi sedikit aturan yang telah dibuat oleh Allah dan Rasul-Nya dilanggar oleh
anak Adam khususnya kaum Hawa. Di antara fenomena yang kita saksikan bersama,
kaum hawa dewasa ini mulai menanggalkan dan luntur sifat malunya. Mereka tidak
merasa malu bergaul bebas dengan kaum Adam! Bahkan yang lebih mengenaskan,
banyak dari kaum hawa yang berani mengumbar aurat (berpakaian tapi telanjang)
di hadapan umum! Fainna lillahi wa inna ilaihi rooji’un!
Lantas bagaimanakah tatanan Islam
mengenai sifat malu bagi wanita?
Maka cermatilah kisah yang
difirmankan Allah berikut ini;
وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ
النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا
قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ (23) فَسَقَى
لَهُمَا...
“Dan tatkala ia (Musa) sampai di
sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang
meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua
orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu
(dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat
meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan
(ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. Maka
Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya.” (Al Qoshosh: 23-24)
Lihatlah bagaimana bagusnya sifat
kedua wanita ini, mereka malu berdesak-desakan dengan kaum lelaki untuk
meminumkan ternaknya. LALU BAGAIMANA DENGAN WANITA SAAT INI! Sepertinya
rasa malu sudah hampir sirna …
Tidak cukup sampai di situ
kebagusan akhlaq kedua wanita tersebut. Lihatlah bagaimana sifat mereka tatkala
datang untuk memanggil Musa ‘alaihis salaam; Allah melanjutkan firman-Nya;
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ
إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ
عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Kemudian datanglah kepada Musa
salah seorang dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata,
‘Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap
(kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.” (Al Qoshosh: 25). Dengan penuh rasa
malu, ia memanggil Musa. Sifat yang luar biasa …
Ayat yang mulia ini,menjelaskan
bagaimana seharusnya kaum wanita berakhlaq dan bersifat malu. Allah menyifati
gadis wanita yang mulia ini dengan cara jalannya yang penuh dengan rasa malu dan
terhormat.
Amirul Mukminin Umar bin Khoththob
radiyallahu ‘anhu mengatakan;
“Gadis itu menemui Musa sambil
menutupi wajahnya dengan lengan bajunya.” (Tafsirul Qur’anil ‘Azhiim, Ibnu
Katsir). Lihat bagaimana begitu pemalunya wanita-wanita itu! Seharusnya para
wanita saat ini mengambil contoh.
Maka wahai para wanita, sadarlah
dari kelalaian ini. Kembalilah ke jalan Rabbmu. Janganlah kalian tertipu dengan
jebakan, bujukan, dan propaganda syaithon yang ingin mengeluarkan para wanita
dari sifat keasliannya.
Dan batasilah pergaulan antara
ikhwan dan akhwat, jangan sampai mudah untuk bergaul bebas walaupun sudah
memenuhi pakaian yang syar’i dan sudah menjadi anggota Keluarga Muslim. Dan
ingatlah syaithon akan selalu menyesatkan anak Adam, sehingga perkara yang semula
dianggap jelek akan dibuat samar oleh syaithon sehingga perkara yang terlarang
ini (bergaul tanpa batas antara ikhwan dan akhwat) menjadi kelihatan baik dan
dianggap biasa.
Ingatlah wejangan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam hadits dari Usamah bin Zaid;
مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ
النِّسَاءِ
“Tidak ada godaan yang
kutinggalkan yang lebih dahsyat bagi para pria selain dari godaan para wanita.”
(HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 2741)
Hanya Allah yang beri taufik. Moga
Allah anugerahkan pada kita sifat yang mulia ini. (hizfm/jurnis/headlineislam.com)