Manado ( Headlineislam.com ) – Pembakaran permukiman warga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Desa Moton, Kabupaten Mempawah, ...
Manado (Headlineislam.com) – Pembakaran permukiman warga eks
Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Desa Moton, Kabupaten Mempawah, Kalbar,
Selasa (19/1) petang, bisa jadi puncak dari kekesalan masyarakat.
Upaya perlawanan
terhadap organisasi masyarakat yang diduga menganut paham sesat ini sebenarnya
sudah lama dilakukan. Termasuk di Kota Manado, Sulut.
Seperti dikisahkan Lurah
Ternate Baru Iskandar Polontalo. Ia bercerita ketika dipercayakan memimpin
kegiatan operasi Gafatar saat masih menjabat Kepala Seksi Trantib Kecamatan
Mapanget.
"Jadi Gafatar
sudah lama ada di Kota Manado. Mulai dari tahun 2013 sampai dengan 2015. Memang
mereka melakukan kegiatan yang biasa dilakukan masyarakat pada umumnya, namun
yang tidak normal adalah cara ibadah mereka," ungkap Iskandar kepada
Tribun Manado, Rabu (20/1).
Pihaknya menerima
informasi dari masyarakat tentang adanya kegiatan ibadah yang mengkhawatirkan.
Ia pun diperintahkan oleh Kesbangpol Pemko Manado untuk memeriksa apakah benar
ada kegiatan itu.
"Waktu itu saya
bersama mantan Camat Mapanget Rivo Koloay turun ke lokasi. Seingat saya itu
bulan Februari 2015. Kami memantau apakah benar ada ibadah seperti itu, dan
ternyata ada. Mereka beribadah dan terdengar seperti sedang dzikir, tapi semua
jendela dan pintu ditutup rapat," ujar Iskandar.
Menghilangkan rasa
penasaran, ia pun berusaha mencoba masuk ke dalam ruang tempat ibadah dengan
cara menyamar. Tapi aksinya tidak berhasil karena yang bisa masuk hanya mereka
yang sudah menjadi anggota Gafatar.
"Dari jauh saya
melihat sekitar 60 orang keluar dari tempat ibadah tersebut. Dan tidak ada yang
aneh ditunjukan oleh mereka (umat Gafatar). Bahkan mereka bersalam-salaman saat
berada di depan rumah yang digunakan sebagai tempat ibadah," ujar
Iskandar.
Pengamatan pun ia
lanjutkan pada keesokan hari. Sudah larut malam, apalagi mereka semakin
penasaran dengan informasi umat Gafatar yang katanya nanti besok ada pidato.
Pidato ini adalah pidato perdana oleh Ketua Gafatar yang ada di Jakarta.
"Memang ini
Gafatar sudah melek dengan teknologi, sebab pidatonya akan melalui
telekonferens. Disedikan layar LCD putih dan dua buah speaker hitam besar yang
ditunjang dengan sistem audio," ujar Lurah menceritakan kejadian.
Semua jajaran
pemerintah di bidang intelijen hadir untuk mendengarkan pidato dari Ketua Umum.
Tapi sayangnya keberadaan mereka sudah diketahui sehingga pidato tidak bisa
dilaksanakan. Akibatnya dengan perintah dari Kesbangpol mereka pun menghentikan
kegiatan itu.
"Kami memang
penasaran siapa yang akan bicara, tapi mereka sudah tahu ada intel di lokasi
ini. Tak ingin kehilangan buruan, kami langsung membubarkan mereka meski sempat
terjadi perdebatan dan adu argumen," ujar dia.
Ia pun menayakan izin
legalitas dan mencoba mencari tahu siapa Ketua Gafatar di daerah ini. Namun
sayangnya meski sudah ditekan mereka tidak menemukan siapa ketua tersebut dan
seakan saling melindungi. Para petugas ini memilih memeriksa identitas para
pelaku kegiatan ini, agar dapat memastikan dari mana mereka datang.
"Kami berembuk
dengan aparat kelurahan serta masyarakat. Dan mencoba menghadirkan saksi mata
yang menjadi anggota Gafatar. Dan sungguh mengejutkan dari mulut mereka, bahwa
semua umat digabungkan dan beribadah tanpa batasan. Target mereka adalah daerah
yang banyak mengembangkan pertanian," ungkapnya.
Setelah kejadian itu
Gafatar menghilang entah ke mana. Tidak tahu keberadaan mereka. Namun dari data
yang ditemukan terakhir, mereka berpencar ada yang berangkat ke Kabupaten
Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Kota Bitung dan Tomohon.
"Jadi yang
memimpin mereka adalah mantan umat Muslim yang telah meninggalkan agamanya.
Dari hasil yang dikembangkan meski namanya tak disebutkan tapi ia berasal dari
daerah Jawa," ungkap Iskandar.
Menurut dia, cara
perekrutan umat sangat sederhana. Targetnya adalah orang tidak berada. Mereka
mengembangkan ilmu pertanian dan mencukupkan diri dengan hasil bumi seperti
padi dan jagung.
Menanggapi kehadiran
Gafatar beberapa waktu di Kota Manado, Ketua Depag Manado Hi Lielie Rasmana
mengatakan, Gafatar adalah organisasi terlarang yang membawa kesesatan bagi
penganut agama.
"Mereka
organisasi LSM yang berlandaskan pada kegiatan sosial, namun sayangnya kegiatan
keagamaan dilaksankan dengan tidak wajar. Bayangkan saja umat Kristiani
dibebaskan ibadah ke masjid, dan Islam ke gereja. Jelas ini bertentangan dengan
apa yang diajarkan dalam Kitab Suci dan Alquran," ucap Rasmana.
Menurut Rasmana,
agama tidak boleh disamakan sebab berbeda dalam pewartaan. Apalagi mereka juga
mencegah jangan sampai ada unsur sesat yang bisa memecah belah masyarakat
Manado.
"Mereka diusir
oleh warga, sebab tidak suka dengan kegiatan aneh. Jadi kita punya tupoksi
untuk melarang kegiatan ini dan sampai saat ini hanya enam agama yang tercatat
dan dilindungi oleh pemerintah," ungkapnya.
Menurut dia, saat ini
sudah tidak ada informasi tetang keberadaan Gafatar di Manado kecuali di
Minahasa Utara. "Dari informasi mereka berada di Minahasa Utara, namun
sayang kami tidak bisa bertindak sebab wilayah Depag Minut," katanya.
(pm/headlineislam.com)
COMMENTS